Tayang Sampai Saat Ini

Rabu, 11 Desember 2019

Tata Cara Malukat yang Benar Menurut Reg Veda


Banyak alasan yang mendorong orang untuk Malukat di sumber mata air yang diyakini punya tuah khusus.Menurut Ida Sri Bhagawan Narendra Acharya Daksa Manuaba, Malukat berasal dari kata Sulukat, Su berarti baik, dan Lukat berarti penyucian. Melukat biasanya dilakukan di sumber mata air, tempat suci ataupun di sebuah griya.

Dijelaskannya, dalam Reg Veda II. 35.3 disebutkan, Tamu sucim sucayo didivansam, Apam napatam parithasthur apah. Yang berarti  bahwa air suci murni yang mengalir, baik dari mata air maupun dari laut mempunyai kekuatan yang menyucikan.

Pembersihan tak hanya dilakukan secara skala (fisik), namun juga dilakukan secara niskala. Yang disucikan adalah pikiran, tubuh juga jiwanya, baik secara skala maupun niskala. Melukat juga merupakan upaya penyeimbangan antara Bhuana Alit (tubuh manusia) dan Bhuana Agung (Alam Semesta). “ Energi Bhuana Alit harus diseimbangkan dengan Bhuana Agung. Karena energi yang terbesar dan selalu positif adalah energi alam. Energi yang ada pada Bhuana Alit (tubuh manusia) biasanya dipengaruhi banyak hal, makanya berubah menjadi negatif. Perubahan energi  itulah yang membuat kita kadang merasa gelisah, uring – uringan, bahkan mengidap sakit tahunan.

Dalam prosesi Panglukatan, tempat melukat dianggap penting. Sesuai yang dipaparkan dalam Reg Veda, ada tiga kategori tempat Panglukatan yang dikatakan baik, yaitu tempat Panglukatan yang memiliki mata air sekaligus disucikan seperti Patirtaan, Beji, Campuhan, dan Laut, yang  memiliki vibrasi positif.

Panglukatan umumnya menggunakan prasarana seperti Nyuh Gading, Pajati, Prayascita dan Rayuan. Semuanya tergantung tempat yang didatangi untuk Malukat. Malukat itu sangat penting, apalagi bagi mereka yang terlahir khusus, seperti Mamelik. Karena Malukat tak hanya tubuh yang dibersihkan, jiwa, pikiran juga dibersihkan.

Malukat sesungguhnya tidak mengenal hari baik. Tergantung kesiapan diri dalam melakukan pembersihan. Sebenarnya kapan pun baik melakukan Panlukatan. Tak harus ketika rahinan Purnama ataupun Tilem, yang terpenting adalah kesiapan yang Malukat. Jika pikiran dan batin kita tak siap, ya sama saja bohong. Meskipun Malukatnya pada saat hari terbaik dalam setahun sekalipun.

Tatacara yang benar Malukat diawali dengan menghaturkan Pajati ataupun banten yang dibawa. Ada baiknya Malukat harus dipimpin oleh pemangku ataupun sulinggih jika melukat di griya. Pemangku akan menyampaikan  tujuan pamedek yang datang Malukat. Sebab, setiap orang yang datang  memiliki tujuan  yang berbeda.

Setelah menghaturkan banten, sebaiknya pamedek segera bersiap untuk melakukan panglukatan, yakni mandi di bawah mata air langsung atau diguyur menggunakan Nyuh Gading. Sebelum mandi, Ida Rsi menyarankan yang Malukat mengucapkan mantra atau memohon doa. “Di dalam Reg Veda disebutkan ada sebuah mantra khusus Panglukatan. Tapi jika tidak memungkinkan atau tidak hafal, ucapkan Mantram Gayatri saja sudah cukup,” jelasnya.

Dalam Reg Veda X. 17.10 dijelaskan sebuah mantram yang digunakan sebelum melakukan Panglukatan yaitu: Apo asman matarah Sundhayantu, Ghrtena no Ghrtapvah punantu, Visvam hi ripram pravahanti devir, Ud id abhyah sucir a puta emi. Yang berarti, semoga air suci yang merupakan berkah dari alam semesta ini, menyucikan diri serta pikiran kami, agar kami bercahaya dan gemerlap. Semoga air suci ini melenyapkan segala kekotoran. Kami akan bangkit dari kegelapan (kotor) dan memperoleh kesucian.

Setelah usai mandi dan membersihkan tubuh, pamedek disarankan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang bersih. Setelah Malukat, selalu diakhiri dengan persembahyangan. Namun, pamedek wajib mengganti pakaiannya dengan yang lebih bersih. Pasalnya,  setelah Malukat diibaratkkan kita telah bersih, dan harus diikuti dengan pakaian yang bersih pula.

Sumber : Bali Express Denpasar