Tayang Sampai Saat Ini

Rabu, 26 Februari 2020

PERJODOHAN DALAM AGAMA HINDU



Patemon Lanang Istri atau Laki Perempuan disebut juga dengan Perjodohan. Menurut Pal Sri Sedana, perhitungannya adalah menjumlahkan Saptawara, Pancawara dan Sadwaranya kemudian dibagi 5 atau 16.

Saptawara adalah pekan yang terdiri dari 7 hari yaitu :
Redite                  adalah hari minggu memiliki urip 5
Soma                   adalah hari minggu memiliki urip 4
Anggara               adalah hari minggu memiliki urip 3
Budha                  adalah hari minggu memiliki urip 7
Wraspati              adalah hari minggu memiliki urip 8
Sukra                   adalah hari minggu memiliki urip 6
Saniscara             adalah hari minggu memiliki urip 9

Pancawara adalah pekan yang terdiri dari 5 hari yaitu :
Umanis                 adalah hari minggu memiliki urip 5
Paing                    adalah hari minggu memiliki urip 9
Pon                       adalah hari minggu memiliki urip 7
Wage                    adalah hari minggu memiliki urip 4
Kliwon                   adalah hari minggu memiliki urip 8

Sadwara adalah pekan yang terdiri dari 6 hari yaitu :
Tungleh                adalah hari minggu memiliki urip 7
Aryang                 adalah hari minggu memiliki urip 6
Urukung               adalah hari minggu memiliki urip 5
Paniron                adalah hari minggu memiliki urip 8
Was                      adalah hari minggu memiliki urip 9
Mahulu                 adalah hari minggu memiliki urip 3

Ada dua macam ramalan perjodohan yang bisa dipergunakan yaitu :
a.        Patemon dengan pembaginya 5 (lima)
Kelahiran (Saptawara, Pancawara, Sadwara) wanita dijumlah dengan kelahiran (Saptawara, Pancawara, Sadwara) laki-laki, kemudian dibagi 5, sisanya kemudian dilihat sbb :
1.       Disebut Sri (makmur) artinya baik
2.       Disebut Gedong (terlindung dlm gedung) artinya baik
3.       Disebut Peta (gaduh atau bertengkar) artinya buruk
4.       Disebut Lara (menderita, sakit2an) artinya buruk
5.       Disebut Pati (patal, mendapat bahaya) artinya buruk

Contoh :
Wanita jumlahnya 13, laki2 jumlahnya 16, dijumlahkan (13+16) menjadi 29, kemudian dibagi 5, adalah 5 (5x5=25), sisanya 4 (29-25), artinya lara.

b.       Patemon dengan pembaginya 16 (enam belas)
Kelahiran (Saptawara, Pancawara, Sadwara) wanita dijumlah dengan kelahiran (Saptawara, Pancawara, Sadwara) laki-laki, kemudian dibagi 5, sisanya kemudian dilihat sbb :
1.   Disebut Ala ayu, Panes Tis (sedang) artinya suka duka, baik buruk, sedang mengalami perubahan, harus tahan uji.
2.   Disebut Durbala, Sai-sai kewuh mengangkuhang awak (buruk) artinya selalu menghadapi kesulitan dalam mengatur rumah tangga.
3.    Disebut Wirang (buruk) artinya selalu dalam keadaan kecewa.
4.    Disebut Pianake mati (buruk) artinya sulit mendapatkan keturunan (anak-anak meninggal).
5.   Disebut Doyan seger lanus-lanus dadi matinggenan masakaya, mandrisdis (baik sekali) artinya kesehatannya baik, selalu penghasilannya meningkat, hidup rukun dan bahagia.
6.     Disebut Kamranan (buruk) artinya penderitaan, sakit-sakitan.
7.     Disebut Suka duka mekelo kelo ya numadi (sedang) artinya suka duka lama kelamaan bisa meningkat penghasilannya.
8.       Disebut Doyan terak (buruk) artinya selalu kekurangan.
9.  Disebut Sekita tong ada tuna sai-sai, sahidupe tuah sangsara (buruk sekali) artinya hampir setiap hari kesakitan, selamanya menderita.
10. Disebut Bikas ratune pinanggih (baik) artinya dapat mengayomi atau melindungi keluarga dan berwibawa, hidup berkecukupan.
11.   Disebut Sebita (baik) artinya selalu ada, keadaan puas.
12.   Disebut Sedana tulus (baik) artinya murah rejeki, hidup rukun.
13.  Disebut Agung lama (baik) artinya selamanya tidak kurang harta (kaya) dan panjang umur.
14.   Disebut Dahating bagia (sangat baik) artinya hidup tenang dan bahagia.
15.   Disebut Dahating ala (sangat buruk) artinya sangat buruk hidupnya dan mandul.
16.   Disebut Bagia kapanggih (baik) artinya hidup rukun dan memperoleh kebahagiaan.

Contoh :
Wanita jumlahnya 13, laki2 jumlahnya 16, dijumlahkan (13+16) menjadi 29, kemudian dibagi 16, adalah 1 (16x1=16), sisanya 13 (29-16), artinya selamanya tidak kurang harta (kaya) dan panjang umur.


Jumat, 07 Februari 2020

BATUR_KINTAMANI



SALAH SATU TEMPAT YANG INDAH DI BATUR KINTAMANI





Kawasan Batur memang berdiri sejumlah pura tua, yang memiliki sejarah panjang akan kehidupan beragama di Bali, seperti juga salah satunya Pura Jati ini. Namun demikian belum ada sejarah yang pasti tentang kapan pura tersebut didirikan pertama kali, namun menurut penuturan tetua warga, Pura Jati tersebut sudah ada sejak abad ke-8 Masehi. Jadi Pura Jati ini terbilang sudah cukup tua dan merupakan situs peninggalan Bali Kuno yang masih terjaga dengan baik sampai sekarang ini.

Anda yang ingin mengenal tempat-tempat wisata budaya Bali di masa lalu maka berikutnya bisa berkunjung ke Pura Jati Batur.

Pura Jati di tepian Danau Batur diyakini sebagai tempat suci Bhagawanta Dewi Danu yang berstana di Pura Batur. Itu sebab, keberadaan kedua tempat suci ini saling terkait. Tak hendak terpisahkan.

Pura ini tergolong salah satu pura atau kahyangan panyungsungan jagat sebagai tempat memuja dan memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam fungsinya sebagai Bhatara Hyang Gangga.

Pura Jati merupakan pura Bhagawanta dari Pura Ulun Danu Batur.

Pura ini sebagai salah satu pura yang pernah beberapa kali saya kunjungi. Dan menyimpan kenangan dalam perjalanan tugas negara.



Pura Jati hanya memiliki dua pelingggih pokok yaitu Pesimpangan Bhatari/ Dewi Danu dengan pelinggih Meru Tumpang 3 dan pelinggih Bhatara Bhujangga Sakti yang tidak lain adalah pelinggih Ida Bhatara Sakti Dwijendra yang datang ke Bali pada abad ke-15 dari Jawa Timur. Kehadiran pendeta ini dalam rangka menyebarkan ajaran Siwa-Buddha yang dijaga dan dipeluk penganut Hindu di Bali hingga saat ini.




Aku (pakai kacamata warna warni 😜) diapit oleh orang2 terkasih, di kanan ku adalah adik dari iparku, telah meninggalkan kami terlebih dulu menuju swargaloka di akhir tahun 2017 lalu, dan kemudian wanita disebelah kiriku menyusul menuju swargaloka Bulan Februari 2019 kmrn, dan paling ujung sekarang telah menjadi suamiku, kami menikah di bulan Oktober 2018 lalu.


SEMOGA MEREKA BERDUA SELALU BERADA DALAM DAMAI,
MISSSSSSS U. :'(

Selasa, 04 Februari 2020

AYAM DAN BEBEK, MAKNA PERNIKAHAN




AYAM DAN BEBEK, MAKNA PERNIKAHAN

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: “Kuek ! Kuek !”

“Dengar, itu pasti suara ayam”, kata si istri.

“Bukan, bukan. Itu suara bebek, “kata si suami.

“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.

“Mustahil. Suara yam itu ‘kukuruyuuuuk !’, bebek itu ‘kuek ! kuek !. Itu bebek, sayang “, kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

“Kuek ! kuek !” terdengar lagi.

“Nah, tuh ! Itu suara bebek, “ kata si suami.

“Bukan, sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tanda si istri sembari menghentakkan kaki.

“Dengar ya ! Itu a…da…lah…. Be…bek. B-E-B-E-K. Bebek ! Mengerti ?” si suami berkata dengan gusar.

“Tapi itu ayam”, masih saja si istri bersikeras.

“Itu jelas-jelas bue..bebek, kamu…kamu….” (terdengar lagi suara “Kuek ! Kuek !” sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.)

Si istri sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam…. “

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, “Maafkan aku, sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok.”

“Terima kasih, sayang, “ kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

“Kuek ! Kuek !”, terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita di atas bahwa si suami akhirnya sadar adalah siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam indah itu. Berapa banyak hubungan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau bebek”?

Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita itu benar, namun belakangan ternyata kita salah. Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

Sumber : Cacing dan Kotoran Kesayangannya